.

Kamis, 05 Februari 2015

Membela Sunnah Nabawiyah

21.35

(Bagian 8)
 
Keutamaan Menghidupkan Sunnah
 
Lafadh sunnah dalam syariat adalah semua ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Apakah masalah aqidah, amaliyah yang wajib ataupun yang sunnat (untuk melihat pembahasan yang lebih detail, silahkan baca Dlaruratul Ihtimam bis-Sunnah hal. 19- 33).
 
Menghidupkan sunnah adalah dengan mempelajari, mengamalkan, dan menyampaikannya kepada umat. Ini memiliki keutamaan-keutamaan dan faidah- faidah yang sangat besar. 
 

Di antaranya:
 
1. Dicintai Allah Subhanahu wa Ta'ala:
 
Katakanlah, jika kalian benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku. niscaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang. (Ali Imran: 31)
 
Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk menyampaikan bahwa bukti kecintaan seorang hamba kepada Allah adalah mengikuti sunnah nabawi, dan menyampaikan bahwa keutamaan mengikuti sunnah nabawi adalah DICINTAI ALLAH dan DIAMPUNI dosa-dosanya.
 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits qudsi:
 
Sesungguhnya Allah berfirman: Barangsiapa memusuhi wali-Ku maka akan aku umumkan perang terhadapnya. Dan tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari apa yang Aku wajibkan kepadanya. Dan tetap hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan NAWAFIL (yang sunat-sunat) hingga Aku mencintainya. Maka jika Aku telah mencintainya maka Aku-lah pendengarannya yang dia pakai untuk mendengar, pandangannya yang dia pakai untuk memandang, tangannya yang dia pakai untuk memukul, dan kakinya yang dia pakai untuk berjalan. Kalau dia meminta kepada-Ku pasti akan Aku beri dan kalau meminta perlindungan kepada-Ku pasti akan Aku lindungi. (HR. Bukhari)
 
Hadits ini merupakan dalil bahwa perkara-perkara sunnat merupakan penyebab kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Kalau Allah sudah cinta, maka Dia akan memberikan taufiq kepadanya dalam menggunakan anggota badannya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki serta pasti Dia akan mengabulkan doanya dan melindunginya.
 
2. Mendapatkan pahala lima puluh kali para shahabat
 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
 
"Sesungguhnya di belakang kalian ada "hari-hari sabar" bagi orang-orang yang berpegang pada hari tersebut dengan apa yang kalian ada di atasnya, akan mendapatkan pahala lima puluh kali pahala kalian." Mereka berkata: "Wahai Rasulullah, tidakkah lima puluh kali mereka?" Beliau bersabda: "Bahkan lima puluh kali (pahala) kalian." (HR. Tirmidzi dan yang lainnya)
 
Dalam riwayat yang lain Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari yang kesabaran padanya (pada hari itu, pent) seperti memegang bara api. Orang yang beramal padanya seperti pahala lima puluh orang yang beramal seperti amalan kalian." (HR. Abu Dawud dalam 'Aunul Ma'bud 11/493, Ibnu Majah 2/1330, Ibnu Hibban dalam Al-Ihsan 2/108, Al-Hakim dalam Mustadrak 4/322. Beliau berkata: 'Sanadnya shahih', tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dan disepakati oleh Imam Dzahabi. Demikian dikatakan oleh Abdus Salam bin Barjas dalam Dlaruratul Ihtimam hal. 49)
 
Berkatalah Ibnul Qayyim dalam Nuniyyahnya:
 
Ini bagi para pemegang sunnah,
orang pilihan ketika rusaknya jaman,
pahala yang besar, tidaklah menetapkan ukuran,
kecuali yang memberinya kepada insan,
(Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan, dan juga oleh Ahmad Asy-Syaiban. Riwayat yang berisi tentang pahala lima puluh shahabat Rasul, utusan Allah yang Maha Rahman. (Syarah Ibnu 'Isa lin Nuniyyah 2/458, lihat Dlaruratul Ihtimam hal. 49-50))
 
Demikianlah keutamaan yang sangat besar bagi para pemegang sunnah khususnya di kala rusaknya jaman dan dijauhinya sunnah.
 
3. Memegang sunnah merupakan keselamatan
 
Berkata Ibnu Abbas radliallahu 'anhu:
Tidaklah muncul pada manusia satu tahun kecuali mereka mengada-adakan bid'ah dan mematikan padanya satu sunnah hingga hiduplah bid'ah dan matilah sunnah. (Riwayat Ibnu Wadhah dalam Al-Bida' wan Nahi 'Anha, lihat Dlaruratul Ihtimam, hal. 52).
 
Abu Muhammad Abdullah bin Munazzil rahimahullah:
Tidaklah seseorang melalaikan kewajiban-kewajiban, kecuali pasti dia terfitnah dengan melalaikan sunnah-sunnah. Dan tidaklah dia melalaikan sunnah-sunnah kecuali mesti sebentar lagi dia akan terfitnah dengan bid'ah-bid'ah.
 
Dan lain-lain dari ucapan para ulama yang menjelaskan bahwa jika kita meninggalkan sunnah, maka akan terancam dengan bahaya bid'ah. Sebaliknya berpengang dengan sunnah merupakan keselamatan.
 
Oleh karena itu berkata para salafus shalih sebagaimana dinukil oleh Imam Asy- Syathibi dalam Al-I'tisham:
Berpegang dengan sunnah adalah keselamatan.
 
Ucapan mereka ini sesuai dengan hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang menjelaskan ketika terjadi fitnah perpecahan:
 
Sesungguhnya barangsiapa yang hidup di antara kalian nanti, akan melihat perselisihan yang banyak. Maka atas kalian untuk berpengang dengan sunnahku..." (HR. Ashabus Sunan kecuali Nasa`i, berkata Tirmidzi: Hadits ini hasan shahih, dan berkata Imam Hakim: hadits ini shahih dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Demikian dalam Dlaruratul Ihtimam, hal. 37)
 
Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan bahwa keselamatan di kala perpecahan adalah dengan berpegang kepada sunnah.
 
4. Mendapatkan pahala sunnah dan pahala orang yang mengikutinya.
 
Bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
Barangsiapa menjalankan satu sunnah yang baik dalam Islam, maka baginya pahala dan pahala orang yang beramal dengannya setelahnya (mengikutinya, pent) tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun..." (HR. Muslim 2/704)
 
Demikianlah keutamaan-keutamaan seorang yang memegang sunnah dan sebenarnya masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang lain bagi para pemegang sunnah khususnya di kala jauhnya umat dari Islam dan sunnah.
 
Wallahu A'lam
 
Maraji':
1. Al-Hujjaj Al-Qawiyyah, Abdus Salam bin Barjas.
2. Iqtidla` As-Shirath Al-Mustaqim, Ibnu Taimiyyah.
3. Aqidatus Salaf Ash-habul Hadits, Abu Utsman Ash-Shabuni.
4. Sallus Suyuf wal Asinnah 'ala Ahlil Ahwa`, Tsaqil bin Shalfiq Al-Qashimi.
5. Al-I'tisham, Asy-Syathibi.
6. Jama'ah Wahidah, Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhali.
7. Manhaj Al-Anbiya`, Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhali.
8. Minhajus Sunnah, Ibnu Taimiyyah.
9. Al-Fatawa, Ibnu Taimiyyah.
10. Al-'Aqlaniyyun, Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdil Hamid.
11. Dlaruratul Ihtimam bis Sunnah, Abdus Salam bin Barjas.
12. Dasar-dasar Islam, Al-Maududi.
 
 
Sumber: Majalah Salafy edisi XIII, Sya'ban – Ramadhan 1417 H

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 komentar:

Posting Komentar

 

© 2013 Cinta Islam As-Sunnah. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top