Dari sinilah
perlunya seorang muslim dan para da’i untuk senantiasa mengamalkan dan
menyebarkan sunnah-sunnah RasulNya di kalangan umat Islam. Sudah selayaknya pula
mereka mempunyai tanggung jawab untuk memahamkan umatnya dari keterkikisan
pemahaman dan pengamalan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam yang makin memprihatinkan.
Hal itu perlu agar umat mengenal
kembali dan mengamalkan ajaran-ajaran yang telah datang kepada mereka. Karena
pada hakekatnya Islam adalah sunnah, sunnah adalah Islam dan tidak akan tegak
salah satunya kecuali dengan menegakkan yang lainnya, sebagaimana dikatakan oleh
Imam Al-Barbahari dalam Syarhu Sunnahnya.
Sunnah harus kembali ditegakkan
dan diagungkan di tengah-tengah umat, hingga mereka akhirnya akan menjadikan
kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaan kepada siapapun. Karena
tidaklah sempurna iman seseorang, hingga ia mencintai Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam melebihi kecintaan terhadap siapapun. Sebagaimana sabda
Rasulullah Shalallahu ‘laihi wassalam:
Tidaklah beriman seseorang di antara kalian, hingga aku
lebih dicintai olehnya dari pada bapak-bapaknya, anak-anaknya dan manusia
keseluruhannya. (Muttafaq ‘alaihi)
Wujud kecintaan terhadap Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah dengan mentaati seluruh perintah-perintahnya
dan menjauhi seluruh larangan-larangannya.
Sehingga seseorang yang
benar-benar mencintai Rasulllah Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah mereka yang
taat kepadanya. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang mengaku mencintai
Rasullah Shalallahu ‘alaihi wassalam akan tetapi tidak mentaati beliau, maka
pengakuan ini adalah pengakuan yang dusta.
Allah telah mengutus
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam kepada manusia agar menjelaskan apa-apa
yang turun kepada mereka (berupa wahyu) dan mengeluarkan mereka dari kegelapan
menuju cahaya. Memberikan petunjuk kepada mereka ke jalan yang lurus. Oleh
karena itu wajib bagi seluruh manusia untuk mencintai beliau Shalallahu ‘alaihi
wassalam dan mentaatinya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Hai
orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kalian. (an-Nisa’: 59)
Ketaatan terhadap sunah atau ajaran
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam merupakan salah satu tonggak ajaran
Islam. Barangsiapa yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat, maka wajib
baginya untuk senantiasa mentaati seluruh ajaran yang telah diberikan beliau
Shalallahu ‘alaihi wassalam kepada umatnya dan menjauhi seluruh larangannya.
Allah menegaskan perintah ini pada ayat-Nya yang mulia:
Apa yang diberikan
Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah. (al-Hasyr: 7)
Ketaatan kepada Allah dan Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah bersifat mutlak. Hal ini berbeda dengan
ketaatan terhadap ulil amri atau yang lainnya. Kita mentaati mereka, jika
ketaatan tersebut tidak keluar dari ketaatan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Oleh
karena itu jika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam telah memerintahkan
sesuatu, maka tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali melaksanakan perintahnya.
Demikian pula jika beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam melarang sesuatu, maka
wajib bagi kita untuk meninggalkannya.
Allah Tabaroka wata’ala berfirman :
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak
(pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.
Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat
dengan kesesatan yang nyata. (al-Ahzab: 36)
Demikian pula haram hukumnya
bagi kita mendahulukan perkataan, pendapat atau pemikiran seseorang –siapapun
dia - di atas perkataan dan perintah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam
Bahkan mengeraskan suara di atas suara Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam
pun merupakan perbuatan terlarang. Allah tegaskan hal ini dalam
firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mendahului Allah
dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. (al-Hujuraat: 1)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
meninggikan suara kalian melebihi suara Nabi, dan janganlah kalian berkata
kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian
terhadap sebagian yang lain, supaya tidak terhapus (pahala) amalan kalian ,
sedangkan kalian tidak menyadari. (al- Hujuraat: 2)
Jawaban bagi seorang
mukmin tatkala telah datang kepadanya perintah dan larangan RasulNya adalah
“Kami mendengar dan taat”, sebagaimana Allah telah menerangkan dalam
firman-Nya:
Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya
dari Rabb-Nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain)
dari rasul- rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami ta'at."
(Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali." (Al-Baqarah: 285)
(Dikutip dari Bulletin Dakwah Manhaj Salaf edisi
11/Tahun I tgl 14 November 2003, penulis Ustadz Muhammad Umar As Sewed, judul
asli "Wajibnya Mengamalkan Sunnah".)
0 komentar:
Posting Komentar